Blogger Template by Blogcrowds

Teori Ekpektansi

Orang-orang termotivasi untuk berprilaku dengan cara-cara menimbulkan kombinasi-kombinasi hasil-hasil yang diekpektansikan yang didalamnya ada prinsip hedonisme.

Teori ekpektansi Victor Vroom (1964)
: kekuatan motivasi tergantung pada ekpektansi (keyakinan sendiri untuk melakukan sesuatu) sesorang dengan konsep pokok ekpektansi (apakah kiranya saya dapat mencapai tingkat kinerja tugas yang diinginkan), instrumentalis (hasil kerja apakah akan saya peroleh sebagai hasil kinerja saja) dan valensi (bagaimankah penilaian saya tentag hasil-hasil kerja) dengan membuat persamaan bahwa motivasi merupakan hasil dari ekpektansi kali instrumentalitas kali valensi.

Teori ekpektansi memprediksi bahwa motivasi untuk bekerja keras untuk kenaikan upah akan rendah apabila :
  • Ekpektansi rendah-seseorang merasa bahwa ia tidak mampu mencapai tingkat kenerja yang diperlukan.
  • Instrumentalis rendah-orang yang bersangkutan tidak yakin bahwa sutau tingkat kinerja tugas akan menyebabkan kenaikan dalam imbalan
  • Valensi rendah-orang yang bersangkutan kurang menghargai kenaikan dalam imbalan
  • Setiap kombinasi dari ketiga macam kemungkinan, mungkin terjadi

Teori keadilan (Kreitner et.al., 1989) yang berpendapat orang-orang berupaya mendapatkan kelayakan dan keadilan dalam pertukaran-pertukaran sosial atau hubngan memberi dan menerima. Tendensi keadilan dan ketidakadilan :
  • Seorang individu akan berupaya untuk memaksimalisasi jumlah hasil positif yang diterima olehnya.
  • Orang-orang menolak untuk memperbesar masukan-masukan apabila hal tersebut memerlukan upaya atau biaya besar.
  • Orang menolak perubahan behavioral atau kognitif dalam masukan-masukan yang penting bagi konsep diri mereka atau harga diri mereka.
  • Daripada mengubah kognisi tentang diri sendiri seorang individu cenderung mengubah kognisi tentang perbandingan mengenai masukan dan hasil pihak lain.
  • Meninggalkan lapangan ahanya akan dilakukan apabila ketidak adilan hebat, tidak dapat diatas dengan metode lain.

TEORI MOTIVASI

Menurut Landy & Becker (1987) teori motivasi dikategorikan dalam 5 macam yaitu : teori kebutuhan (need theory), teori keadilan (equity theory), teori ekpektansi (expectancy theory) dan teori penetapan tujuan (goal-setting theory) ·

  • Teory Kebutuhan
Mungkin aman saja untuk mengatakan bahwa teory yang paling terkenal tentang motivasi adalah teori hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow. Ia menghipotesa bahwa setiap orang melekat suatu hirarki kebutuhan yang terdiri dari :
  • Kebutuhan Fisiologis ( Physiological-need ) termasuk lapar, haus, tempat berteduh, kebutuhan seks, dan kebutuhan jasmaniah lainnya
  • Kebutuhan rasa aman ( Safety-need ) termasuk jaminan serta perlindungan terhadap gangguan emosi
  • Kebutuhan social ( Social-need ) rasa kasih sayang, termasuk rasa memiliki, rasa menerima, dan persahabatan
  • Kebutuhan penghargaan ( Estreem-need ) penghargaan internal, seperti harga diri, otonomi, keberhasilan, dan dua factor penghargaan eksternal, seperti status, pengakuan dan perhatian
  • Kebutuhan aktualisasi diri ( Self-actualization-need ) Dorongan untuk mewujudkan kemampuan seseorang, termasuk pertumbuhan, pemenuhan potensi, dan pemenuhan keinginan diri sendiri
Maslow membagi kelima tingkatan kebutuhan tersebut kedalam kebutuhan yang lebih tinggi dan kebutuhan yang lebih rendah. Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman disebut sebagai Lower order needs, dan social, penghargaan serta aktualisasi diri sebagai higher order – needs. Perbedaan atas kedua kelompok tersebut didasarkan atas suatu premis bahwa kelompok kebutuhan yang lebih tinggi akan terpenuhi sendiri (internally) sedangkan kelompok yang lebih rendah terutama terpenuhi secara eksternal (seperti, dengan gaji dalam bentuk uang, kontrak – kontrak, dan jabatan)
  • Teori Erg dari Clayton P. Alderifer (1972) yaitu terkenal dengan teori (ERG yaitu Existence needs=E, Relatedness needs = R dan Growth needs = G)

  • Teori kebutuhan mencapai prestasi dan McClelland (1940) motivasi berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi

  • Teori Higiene motivator dari Frederick Herzberg (1959) Teory ini dikemukakan oleh seorang psikologi bernama Frederick Herzberg. Menurut pendapatnya keterkaitan seseorang dengan pekerjaannya adalah hal yang mendasar dan bahwa dengan melihat bagaimana sikapnya terhadap pekerjaan kita bisa menentukan dengan tepat apakah karyawan akan berhasil atau mengalami kegagalan? Herzberg menarik kesimpulan bahwa jawaban yang diberikan oleh orang – orang yang merasakan baiknya pekerjaan adalah lain dari jawaban orang – orang yang merasakan ketidakpuasan atas pekerjaannya dimana didalamnya ada motivator kerja dan ada faktor higiene dalam bekerja.

MOTIVASI

Motivasi sebagai “proses psikologikal yang yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persistensi kegiatan sukarela yang diarahkan kearah tujuan tertentu” (Mitchell, 1982:81)

Motivasi sebagai “kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu” (Robbins et.al, 1999:50)

Motivasi adalah “hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti arah tindakan tindakan tertentu” (Gray, 1984:69)

Motivasi adalah “sebagai proses mengarahkan dan ketekunan setiap individu dengan tingkat intensitas yang tinggi untuk meningkatkan suatu usaha dalam mencapai tujuan“ (Stephen P Robbins)

Fungsi pundamental ketiga dari fungsi manajerial adalah menggerakan orang untuk melaksanakan aktifitas organisasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu masalah yang berlanjut dan membingungkan yang dihadapi para manajer adalah “ mengapa beberapa karyawan berkerja lebih baik dari karyawan lainnya ? “. Beberapa variabel penting dan menarik telah digunakan untuk menjelaskan perbedaan prestasi dikalangan karyawan misalnya : Variabel seperti kemungkinan, naluri, tingkat aspirasi, factor – factor pribadi seperti umur, pendidikan, dan latar belakang keluarga menerangkan mengapa beberapa karyawan berprestasi dengan baik dan yang lain tidak.

Menggerakan jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan dinamis, sehingga membutuhkan adanya sinkronisasi. Sehingga bisa dikatakan fungsi actuating jauh lebih rumit oleh karena harus berhadapan langsung sehingga fungsi leadershif begitu kentara sekali dibutuhkan sekalipun semuanya melalui proses planning dan pengorganisasian terlebih dulu.

Premis yang begitu fenomenal diungkapkan Doghlas McGregor bahwa seorang karyawan selalu diasumsikan negatif dan positif :

Menurut teori X keempat asumsi yang dipegang oleh para manager adalah :
  • Sudah menjadi pembawaan para karyawan untuk tidak menyukai pekerjaan, dan bilamana mungkin mereka akan menghidarinya
  • Disebabkan para karyawan tidak menyukai pekerjaan maka mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan hukuman agar tujuan bisa tercapai
  • Para karyawan akan menghindari tanggung jawab yang bilamana mungkin akan mencari jalan untuk melepaskannya
  • Kebanyakan karyawan akan menempatkan factor jaminan kerja diatas semua factor lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan dan akan sedikit sekali menonjolkan ambisi
Sebagai kebalikan dari pandangan negative tentang perilaku karyawan tersebut Doghlas McGregor pun mengemukakan keempat asumsi positif yang disebabkan oleh factor Y yaitu :
  • Karyawan bisa memandang pekerjaan sebagai suatu yang alami seperti sedang santai dan bermain – main
  • Orang mampu menjaga arah sendiri ataupun mengendalikan diri sendiri bilamana mereka setuju dengan apa yang menjadi tujuan
  • Umumnya orang mampu belajar untuk bisa menerima, bahkan berusaha untuk bertanggung jawab
  • Kemampuan untuk mengambil keputusan yang sifatnya inovatif tersebar luas dimasyarakat dan tidak hanya dibagian – bagian dimana manajemen berkedudukan

Perencanaan (Planning) ialah fungsi manajemen yang harus bisa menjawab rumus SWIH. WHAT (apa) yang akan dilakukan, WHY (mengapa) harus melakukan apa, WHEN (kapan) melakukan apa, WHERE (dimana) melakukan apa, WHO (siapa) yang melakukan apa, HOW (bagaimana) cara melakukan apa.

Pengorganisasian (Organizing) ialah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pembagian tugas. Siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggung jawab pada siapa.

Penggerakkan (Actuating) yaitu fungsi manajemen yang berhubungan dengan bagaimana cara menggerakkan kerabat kerja (bawahan) agar bekerja dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.

Pengawasan (Controlling) disebut juga fungsi pengendalian. Suatu proses untuk mengukur atau membandingkan antara perencanaan yang telah dibuat dengan pelaksanaan. Dengan adanya pengawasan ini, diharapkan jangan sampai terjadi kesalahan atau penyimpangan. Disamping itu,

Forecasting (Peramalan) sering dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Forecasting ialah kegiatan meramalkan, memproyeksikan atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat dilakukan.

Fungsi Manajemen

Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya. Pada umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.

Pengertian Fungsi Manajemen itu sendiri ialah berbagai jenis tugas atau kegiatan manajemen yang mempunyai peranan khas dan bersifat saling menunjang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain fungsi manajemen pada umumnya seperti di sebut diatas banyak sekali ahli yang mengemukakan tentang fungsi manajemen ini.

Misalnya George R. Terry. Dia menyebutkan bahwa fungsi manajemen terdiri dari :
  • Planning (Perencanaan)
  • Organizing (Pengorganisasian)
  • Actuating (Penggerakkan)
  • Controlling (Pengawasan)
Sedangkan Harold Koontz dan Cyril O’Donnel membagi fungsi manajemen menjadi :
  • Planning (Perencanaan)
  • Organizing (Pengorganisasian)
  • Staffing (Penyusunan Pegawai)
  • Directing (Pembinaan Kerja)
  • Controlling (Pengawasan).
Tidak jauh berbeda dengan pendapat para ahli di atas, Henry Fayol mengemukakan bahwa fungsi manajemen terdiri dari :
  • Planning (Perencanaan)
  • Organizing (Pengorganisasian)
  • Commanding (Pemberian Komando)
  • Coordinating (Pengkoordinasian)
  • Controlling (Pengawasan).
Ahli lain yang bernama Lyndall F. Urwick menambahkan pendapat Henry Fayol dengan Forecasting (Peramalan), sehingga urutannya menjadi :
  • Forecasting (Peramalan)
  • Planning (Perencanaan)
  • Organizing (Pengorganisasian)
  • Commanding (Pemberian Komando)
  • Coordinating (Pengkoordinasian)
  • Controlling (Pengawasan).
Selanjutnya Luther Gullick membagi fungsi manajemen menjadi :
  • Planning (Perencanaan)
  • Organizing (Pengorganisasian)
  • Staffing (Penyusunan Pegawai)
  • Directing (Pembinaan Kerja)
  • Coordinating (Pengkoordinasian)
  • Reporting (Pelaporan)
  • Budgeting (Anggaran).

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda